Nazhifah X-B
I. Pendahuluan
1. Latar belakang
Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia 2-3 tahun dimana biasanya pada usia tersebut anak sudah mulai belajar untuk bicara, tapi pada anak yang mengalami gangguan autis mengalami keterlambatan dalam hal interaksi sosial, masalah dalam bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial
dan permainan simbolik atau imajinatif. Autis juga berarti suatu
keadaan dimana seseorang anak berbuat semaunya sendiri baik cara
berfikir maupun berperilaku.
Penyandang autisme menunjukkan gangguan komunikasi yang menyimpang. Gangguan komunikasi tersebut dapat terlihat dalam bentuk keterlambatan bicara, tidak bicara, bicara dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti (bahasa planet), atau bicara hanya dengan meniru saja (ekolalia). Selain gangguan komunikasi, anak juga menunjukkan gangguan interaksi dengan orang disekitarnya, baik orang dewasa maupun orang sebayanya.
Banyak orangtua yang menganggap keterlambatan berkomunikasi dan
interaksi yang terjadi pada anaknya tersebut adalah hal yang wajar atau bukan merupakan gangguan mental atau jiwa. Sehingga anak-anak penderita autis ini diperlakukan tidak semestinya yang nanti akan berpengaruh terhadap lingkungan dan masa depan anak. Maka dari itu, seharusnya, informasi tentang gangguan autis dibuat lebih banyak. Sehingga anak itu bisa hidup normal/seperti anak-anak yang lainnya.
2. Rumusan masalah
1. Penyebab apa yang membuat penderita menjadi terkena autisme?
2. Apa pengaruh dari segi sosial oleh penderita autisme?
3. Bagaimana cara penanganan penyakit autisme?
3. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui penyebab dan pengaruh apa yang di timbulkan dari penderita autisme serta bagaimana cara menangani penderita autisme. Makalah ini juga bertujuan untuk memenuhi tugas sosiologi.
II. Pembahasan
Autisme memengaruhi keakuratan suatu diagnosa seringkali juga muncul dari adanya fakta bahwa perilaku-perilaku yang bermasalah merupakan atribut dari pola asuh yang kurang tepat. Perilaku-perilaku tersebut mungkin saja merupakan hasil dari dinamika keluarga yang negatif dan bukan sebagai gejala dari adanya gangguan. Adanya interpretasi yang salah dalam memaknai penyebab mengapa anak menunjukkan persoalan-persoalan perilaku mampu menimbulkan perasaan-perasaan negatif para orang tua.
Beberapa ahli mengatakan bahwa faktor genetik berperan penting dalam autisme. Jika satu keluarga memiliki anak autisme, kemungkinan akan mempunyai anak autisme lagi adalah 3%-8%. Sedangkan jika salah satu 1 anak kembar menderita autisme, kemungkinan kembarannya juga menderita autisme adalah 30%. Selain itu, pengaruh berperan sangat penting dalam diagnosis autisme. Berikut ini adalah gejala penderita autisme menurut DSM IV :
A. Interaksi Sosial (minimal 2):
1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah
B. Komunikasi Sosial (minimal 1):
1. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal
2. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
3. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip
4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi social
C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1):
1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya
2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda
Untuk menghindari pengaruh pengaruh tersebut kita bisa melakukan penanganan autisme. Penanganan autisme bisa dilakukan dengan 3 metode. Pertama, menggunakan obat-obatan seperti vitamin, suplemen gizi, antidepresan dan obat-obatan anti psikotik. Obat-obatan tersebut dapat menunjukkan hasil yang positif dalam mengobati kasus autisme. Kedua, Terapi Komunikasi. Dengan Terapi Komunikasi dapat membantu menginisiasi bahasa dan non verbal dengan cara terapi bicara dan interaksi yang sering digunakan untuk membantu mengatasi hambatan emosional dalam komunikasi dan dengan cara cerita social yang digunakan untuk membantu anak autis memahami peristiwa, perasaan, penalaran serta sudut pandang. Ketiga, Terapi Perilaku.
galaxy watch 3 titanium watch 3 titanium - Tianium Arts
BalasHapusI'm a platinum-stone entrepreneur and the most successful titanium phone case artist I've ever titanium lug nuts produced. I love titanium nose jewelry this beautiful titanium ford fusion hybrid titanium watch. smith titanium I would like to thank