SOSIALISASI POLITIK


OLEH :
HAFIZA FADHILA
XB
 
BAB I
PENDAHULUAN

       I.            Latar Belakang
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan ataupun nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Pengertian politik berdasarkan asal katanya yaitu politikos (dari bahasa Yunani), yang berarti dari, untuk, atau yang berkaitan dengan warga negara. Pengertian politik secara umum adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud dalam bentuk proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Sosialisasi politik adalah cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan melalui bermacam-macam badan masyarakat.
Manusia merupakan makhluk Monodualistis, artinya selain sebagai makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. sedangkan sebagai makhluk sosial manusia menurut kodratnya harus hidup bermasyarakat. Menurut Aristoteles manusia adalah Zoon Politicon, yang artinya makhluk yang selalu hidup bermasyarakat. Masyarakat memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara.  
 Dalam melakukan sosialisasi politik dibutuhkan peranan partai politik. Partai politik adalah organisasi politik yang menjalankan ideologi tertentu atau organisasi yang dibentuk dengan tujuan khusus. Salah satu tujuan masyarakat melakukan sosialisasi politik adalah untuk mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup masyarakat bukan hanya kebutuhan dasar seperti pangan, sandang, dan papan, namun juga kebutuhan akan pengakuan keberadaan diri dan penghargaan dari orang lain seperti pujian, apresiasi, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu lembaga, anggota pemerintahan, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya. Tujuan lainnya adalah menanamkan norma-norma yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Sosialisasi politik selain dilakukan melalui partai politik, juga dilakukan melalui agen-agen sosialisasi lainnya seperti keluarga, teman pergaulan, sekolah, media massa, pemerintah, serta agen lainnya. Proses yang digunakan adalah secara langsung dan tidak langsung.

    II.            Permasalahan
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
1.      Apa saja media/agen sosialisasi politik,
2.      Apa saja metode sosialisasi politik yang dipakai oleh partai politik,
3.      Kaitannya dalam proses penanaman norma di masyarakat.

 III.            Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah membahas tentang "Media/agen dan Metode Sosialisasi Politik yang dipakai Partai Politik serta Kaitannya dalam proses Penanaman Norma di Masyarakat".
 


BAB II
PEMBAHASAN

       I.            Pengertian Sosialisasi Politik
Sosialisasi politik adalah suatu proses dimana seseorang memperoleh sikap dan orientasi terhadap fenomena politik yang berlaku dalam masyarakat,
proses sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa kanak-kanak sampai dewasa.
Sosialisasi politik juga diartikan sebagai cara-cara belajar seseorang terhadap pola-pola sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan melalui bermacam-macam badan masyarakat.

    II.            Agen/Media Sosialisasi Politik
Ada lima agen sosialisasi utama yang berperan penting, yang menyebabkan individu akan mengalami sosialisasi untuk mempersiapkan dirinya masuk ke dalam masyarakat sepenuhnya, agen tersebut adalah :

a.       Keluarga

Dalam keadaan normal, lingkungan pertama yang berhubungan dengan individu adalah keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil yang terdiri atas orang tua, saudara-saudara, serta anggota keluarga lainnya. Keluarga merupakan media sosialisasi yang pertama dan utama atau yang sering dikenal dengan istilah media sosialisasi primer. Keluarga umumnya menjadi tempat mendapatkan pendidikan dasar-dasar pergaulan hidup yang benar dan baik melalui penanaman disiplin, kebebasan, dan penyerasian.

b.      Teman Sepermainan (Kelompok Sebaya)

Dalam media ini, seorang individu belajar berinteraksi dengan orang-orang yang sebaya dengan dirinya. Pada tahap ini individu mempelajari aturan-aturan yang mengatur orang-orang yang kedudukannya sejajar. Dalam kelompok teman sepermainan, seseorang mulai mempelajari nilai-nilai keadilan, kebersamaan, dan kerjasama.




c.       Sekolah

Di sekolah seseorang akan belajar mengenai hal-hal baru yang tidak dia dapatkan di lingkungan keluarga maupun teman sepermainannya. Selain itu juga belajar mengenai nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat sekolah, seperti tidak boleh terlambat waktu masuk sekolah, harus mengerjakan tugas atau PR, dan lain-lain. Sekolah juga menuntut kemandirian dan tanggung jawab pribadi dalam mengerjakan tugas-tugasnya tanpa bantuan orang lain.

Hal itu sejalan dengan pendapat Dreeben yang mengatakan bahwa dalam lembaga pendidikan sekolah (pendidikan formal) seseorang belajar membaca, menulis, dan berhitung. Aspek lain yang dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), dan kekhasan (specificity).

d.      Lingkungan Kerja

Di lingkungan kerja, seseorang akan berinteraksi dengan teman sekerja, pimpinan, ataupun mitra bisnis. Dalam melakukan interaksi di lingkungan kerja, setiap orang harus menjalankan peranan sesuai dengan kedudukannya. Misalnya, sebagai seorang pemimpin, ia menjalankan peranannya untuk mengelola atau mengarahkan para karyawannya, sedangkan sebagai pekerja ia melaksanakan perintah pemimpin dan tugas sesuai dengan kedudukannya. Jadi, lingkungan kerja telah melahirkan peranan seseorang sesuai dengan jabatan atau kedudukannya yang memengaruhi tindakannya sebagai anggota masyarakat.

e.       Media Massa

Media massa terdiri atas media cetak (surat kabar dan majalah) dan media elektronik (radio, televisi, video, film, dan internet). Meningkatnya teknologi komunikasi dan informasi memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penyertaan masyarakat atas pesan tersebut memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting.



 III.            Proses atau Metode Sosialisasi Politik
Metode sosialisasi politik, yaitu :
1. Imitasi
Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting dalam sosialisasi masa kanak-kanak.

2. Instruksi
Peristiwa penjelasan diri seseorang dengan sengaja dapat ditempatkan dalam suatu situasi yang instruktif sifatnya.
3. Motivasi
Sebagaimana dijelaskan Le Vine motivasi merupakan tingkah laku yang tepat dan cocok yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).

Proses sosialisasi politik tidak langsung meliputi metode belajar berikut:
1. Pengoperasian Interpersonal
Mengasumsikan bahwa anak mengalami proses sosialisasi politik secara eksplisit dalam keadaan sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam hubungan-hubungan dan pemuasan-pemuasan interpersonal.
2. Magang
Metode belajar magang ini terjadi karena pengalaman-pengalaman yang diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian dan nilai-nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di dalam konteks yang lebih bersifat politik.
3. Generalisasi
Terjadi karena nilai-nilai sosial diperlakukan bagi objek-objek politik yang lebih spesifik dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik tertentu.



Proses sosialisasi politik langsung terjadi melalui :           
1) Imitasi
Merupakan sosialisasi yang paling banyak dialami anak sepanjang perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat melakukan secara sadar dan secara tidak sadar.
2) Sosialisasi Politik Antisipatoris
Dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau akan diemban oleh actor. Orang yang berharap suatu ketika menjalani pekerjaan-pekerjaan professional atau posisi sosial yang tinggi biasanya sejak dini sudah mulai mengoper nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan dengan peranan-peranan tersebut.
3) Pendidikan Politik
Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga, sekolah, lembaga-lembaga politik atau pemerintah serta berbagai kelompok dan organisasi yang tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting bagi kelestarian suatu sistem politik. Di satu pihak, warga negara memerlukan informasi minimal tentang hak-hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat memasuki dunia kehidupan politik. Di lain pihak, warga negara juga harus memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak-hak mereka telah dipenuhi oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik pemerintahan dapat terpelihara.
4) Pengalaman Politik
Kebanyakan dari apa yang diketahui dan diyakini oleh seseorang sebagai politik pada kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalaman-pengalamannya didalam proses politik.

 IV.            Keterkaitan Sosialisasi Politik dengan Penanaman Norma
Setiap individu menjadi anggota dari satu atau lebih kelompok sosial di dalam masyarakat dan menjalankan peranannya sesuai dengan kedudukan dalam kelompoknya. Dalam proses sosialisasi, ia mengembangkan kepribadian melalui interaksi dengan setiap individu di dalam kelompok-kelompok tersebut. Jadi, kelompok merupakan media sosialisasi dalam membentuk kepribadian seseorang. Kelompok inilah yang melaksanakan proses sosialisasi. Dalam sosiologi, kelompok ini dinamakan agen sosialisasi. Agen-agen inilah yang berperan dalam penanaman norma di masyarakat.




Contoh sosialisasi politik dapat dilihat dari beberapa cara yang dilakukan beberapa partai poltik, diantaranya yaitu :


                    i.            Sosialisasi melalui iklan di televisi
                       
Ini adalah salah satu bentuk sosialisasi politik yaitu melalui iklan di televisi yang dilakukan Partai Hanura dalam menyampaikan penanaman norma yang akan dijalankannya yaitu pemerintahan yang bersih, peduli, dan tegas.


Ini adalah salah satu bentuk sosialisasi politik yaitu melalui iklan di televisi yang dilakukan Partai Golkar.


Ini adalah salah satu bentuk sosialisasi politik yaitu melalui iklan di televisi yang dilakukan Partai NasDem dalam mensosialisasikan penanaman norma yang akan dilakukannya yaitu gerakan perubahan.

                  ii.            Sosialisasi melalui kuis di televisi

Ini adalah bentuk lain sosialisasi yang dilakukan Partai Hanura yaitu melalui kuis di televisi. Pada kuis ini jelas sekali tergambar bahwa ini merupakan sebuah bentuk kampanye terselubung yang berisi berupa kuis settingan. Settingan disini sebagai salah satu contohnya adalah sebuah pengalaman saya ketika menonton kuis ini yang pesertanya  langsung menyebutkan jawabannya sebelum pertanyaannya disebutkan oleh pembawa acara kuis tersebut. Selain itu, bukti bahwa ini merupakan kampanye adalah dari nama kuis itu sendiri yaitu WIN-HT yang merupakan nama dari Wiranto-Hary Tanoe (pasangan kandidat calon presiden-calon wakil presiden).



BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai atau budaya politik kedalam suatu masyarakat, sehingga masyarakat menjadi mengerti tentang politik tersebut. Ada beberapa metode sosialisasi politik diantaranya yaitu; metode imitasi (peniruan), instruksi (perintah) dan motivasi (dorongan). Adapun sarana-sarana untuk mensosialisasikan politik kepada masyarakat yaitu melalui; keluarga, sekolah, kelompok sebaya, tempat kerja, media massa serta kontak-kontak politik secara langsung dan tidak langsung.

2.      Saran
Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar sosialisasi politik kepada masyarakat dilakukan dengan sosialisasi yang benar dan tepat sehingga masyarakat dengan mudah menerimanya, karena hal ini juga berhubungan dengan penanaman norma dalam masyarakat. Oleh karena itu, kepada politikus disarankan agar dapat menjalankan politik sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku dan tidak menjadikan politik untuk kepentingan pribadi namun untuk kepentingan masyarakat.

 
 


DAFTAR PUSTAKA


0 Response to " SOSIALISASI POLITIK "

Posting Komentar

wdcfawqafwef