DISKRIMINASI “BARAT” TERHADAP UMAT ISLAM DI AMERIKA

DISKRIMINASI "BARAT" TERHADAP UMAT ISLAM DI AMERIKA









Disusun Oleh :
Alya Shabrina
Khodijah
Sarah Hani
Vidyani Nadhifa
XI IPS II






BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
            Saat ini kaum agama islam di Amerika sangatlah minim, dikarenakan terdapat pendiskriminasian dari dunia "Barat". Ditambah lagi dengan adanya permusuhan antar-agama yang menyebabkan pertentangan. Hal ini membuat keresahan bagi kaum muslimin. Selebihnya saya akan membahas tentang Diskriminasi Yahudi terhadap Umat Islam di Amerika.

B.     Perumusan Masalah
1.      Faktor apakah yang membuat diskriminasi terjadi?


BAB II
PEMBAHASAN
Faktor Terjadinya Diskriminasi
Faktor utama penentu sikap dan posisi yang dunia Barat terhadap Islam dan pengikutnya adalah bagaimana mereka memandang Islam. Pandangan mereka terhadap Islam akan membentuk stereotip, yaitu konstituen kognitif dari sikap (attitudes) terhadap kelompok sosial tertentu (Baron, Branscombe, & Byrne, 2008). Di Amerika, stereotip terhadap Islam dan pengikutnya bahkan sudah ada sejak sebelum kedatangan imigran Muslim (Livengood & Stodolska, 2004). Menurut, Faragallah, Schumm, dan Webb (dalam Livengood & Stodolska, 2004), Muslim, khususnya yang berasal dari Arab dipandang sebagai orang yang kaya, mendukung terrorisme anti-yahudi. Mereka pun dicap memiliki kecenderungan untuk melakukan kekerasan, penindasan terhadap wanita, dan perlawanan kepada bangsa Barat. Senada dengan itu, Rashid (2000) menambahkan, penduduk Amerika memiliki stereotip yang salah terhadap Muslim. Mereka memandang Muslim di Amerika sebagai bagian dari anggota terorisme dariTimur-Tengah.
Stereotip negatif atau prasangka kepada Islam diperkuat oleh Quinn (2008) yang menyatakan bahwa para penginjil atau Ahli Kitab menyebut Islam sebagai"a very evil religion" dan Nabi Muhammad sebagai"a demon-possessed pedophile". Jenderal Boykin (dalam Quinn, 2008) menyatakan bahwa setan berperan dalam terorisme Islam fundamental. Sementara itu, meskipun keberatan dengan sikap Barat memandang Islam, Ceric (dalam Huntington, 1993) tidak memungkiri bahwa saat ini Barat memang menganggap semua teroris adalah Muslim walau tidak semua Muslim adalah teroris.
Prasangka tidak muncul serta-merta. Prasangka pada umat Islam identik dengan kasus-kasus terorisme dan kekerasan yang dilakukan oleh kelompok Islam radikal yang dibangun sejak tahun 1979 dalam Revolusi Iran, dan masih terus berlanjut hingga sekarang (Sughart II, 2005).
Menurut Shugart II (2005), sejarah awal munculnya gerakan terorisme di dalam Islam mengacu pada background sejarah ketika terjadi kontroversi mengenai suksesi kepempinan setelah Nabi Muhammad wafat. Pemilihan pemimpin setelah Nabi wafat pada awalnya didasarkan kepada wasiat beliau. Namun, setelah orang-orang yang diwasiatkan sebagai pemimpin juga wafat, muncul konflik antara Syi'ah, yang menganggap tonggak kepemimpinan harus dipegang langsung oleh keturunan Nabi, dengan Sunni yang setuju pemimpin yang dipilih berdasarkan standar keimanan dan kemampuan tertentu. Berikut, berdasarkan penelitian Sughart tentang terorisme, unsur sejarah kedua adalah gerakan fundamental yang dipelopori oleh Muhammad Ibnu Abdul Wahab. Ia bercita-cita menuju dunia Islam yang murni sesuai ajaran Nabi, menyingkirkan bahkan jika perlu akan menghancurkan yang lain (Lewis, dalam Sughart II, 2005). Kemudian gerakan ini berkembang melawan pemerintahan yang dianggap otokratis, penuh korupsi dan terlalu berkuasa.
Selanjutnya, terjadi gerakan Revolusi Iran pada tahun 1979. Gerakan ini merupakan dasar pergerakan terorisme gelombang ketiga pasca-1945. Revolusi Iran terjadi seiring pemberontakan di Afganistan oleh kaum Muslim yang menolak pemerintahan boneka di Kabul. Melalui subsidi dari Arab Saudi dan Amerika, meletuslah perang dingin selama sebelas jam yang dilengkapi dengan berbagai persenjataan modern (Rashid, 2000).
Sejak itu, bermunculan aksi terorisme di berbagai wilayah oleh kelompok Islam radikal (Sughart II, 2005). Diantaranya terjadi sepanjang abad kedua puluh(Sughart II, 2005; Bawer, 2006):
1.      Pembajakan oleh teroris Syiah Lebanon pada 14 Juni 1985 dalam sebuah penerbangan dari Roma ke Kairo
2.      Ledakan bom di tempat disko di Berlin tahun 1986 menewaskan dua orang tentara Amerika.
3.      Pemboman pada penerbangan Pan Am 103 di Skotlandia yang menewaskan 259 penumpang dan 11 orang penduduk sekitar.
4.      Pemboman pada Desember 1992 di dua hotel di Aden yang biasa menjadi tempat transit tentara Amerika.
5.      Pembunuhan dua agen CIA oleh seorang ekstrimis Islam Pakistan tahun 1993.
6.      PembomanTrade Center New York tahun 1993,6 tewas, lebih dari 1000 orang terluka.
7.      Serangkaian ledakan bom dengan mobil dan truk di India sebagai pembalasan atas penghancuran sebuah tempat ibadah umat Islam, 400 orang tewas, 1000 orang terluka
8.      Pelepasan gas saraf sarin di dalam kereta bawah tanah Tokyo tahun 1995,belasan tewas, ribuan terluka.
9.      Serangan WTC 11 September 2001.
10.  Pembunuhan Theo van Gogh di Belanda yang telah menulis tentang penganiayaan wanita dalam budaya Islam yang diikuti dengan pembunuhan terhadap Fortuyn dan ledakan bom di Madrid pada tahun 2004
Akibat aksi-aksi itu, Barat memiliki prasangka negatif terhadap Islam-Muslim yang berujung pada tindakan diskriminasi kepada Muslim. Pada tahun 90-an, orang Arab dan Muslim menjadi sasaran dari meningkatnya perlakuan diskriminatif, termasuk di lingkungan universitas dan region publik lainnya (pasar kerja, sekolah, rumah, dan bisnis personal). Bentuknya berupa penyerangan fisik, perusakan rumah, pemboman masjid, pembakaran bangunan, panggilan yang tidak menyenangkan, hingga pembunuhan (Naber, dalam Livengood & Stodolska, 2004)
Klimaksnya, setelah serangan 11 September 2011, semua Muslim di Timur-Tengah, Afganistan, dan warga Muslim Amerika menjadi objek kebencian. Penduduk Amerika mengaku mereka selalu merasa curiga terhadap orang yang berpenampilan Arab jika teringat peristiwa 9/11. Sehingga kemarahan mereka juga ditujukan kepada siapa saja yang memiliki afiliasi dengan wargaTimur-Tengah seperti India, Pakistan, dan penduduk dari Asia Tenggara. (Livengood & Stodolska, 2004).
Berbagai penelitian dan tulisan menunjukkan peningkatan intensitas perlakukan diskriminatif pasca 9/11. Di Kanada, keadaan yang dialami oleh Muslim tidak jauh berbeda. Mereka mengalami diskriminasi yang jauh dari nilai-nilai kemanusiaan meskipun pemerintah Kanada telah menjamin kebebasan beragama (Helly, 2004). Selain itu, di Denmark tahun 2006 terjadi pelecehan kartun Nabi, penghinaan politikus Austria terhadap Nabi dan pelecehan agama Islam melalui film "Fitna" yang dibuat oleh warga berkebangsaan Belanda.

BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Kesimpulannya, aksi terorisme kaum Islam fundamental telah menyebabkan stereotip negatif atau prasangka dunia Barat terhadap Islam dan Muslim yang diatribusikan pada teroris medan kekerasan. Berkembangnya diskriminasi terhadap Muslim sebagai manifestasi dari prasangka tersebut. Puncak dari peristiwa terorisme (peristiwa9/11) menandai peningkatan diskriminasi yang dramatis terhadap Islam dan Muslim.

0 Response to " DISKRIMINASI “BARAT” TERHADAP UMAT ISLAM DI AMERIKA "

Posting Komentar

wdcfawqafwef