Kelas : X-D
PENDAHULUAN
A. Pengertian Broken Home
Istilah "broken home" biasanya digunakan untuk menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang tua kita tak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya, baik masalah di rumah, sekolah, sampai pada perkembangan pergaulan kita dimasyarakat. Namun, broken home bisa juga diartikan dengan kondisi keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan layaknya keluarga yang rukun, damai, dan sejahtera karena sering terjadi keributan serta perselisihan yang menyebabkan pertengkaran dan berakhir pada perceraian. Kondisi ini menimbulkan dampak yang sangat besar terutama bagi anak-anak. Bisa saja anak jadi murung, sedih yang berkepanjangan, dan malu. Selain itu, anak juga kehilangan pegangan serta panutan dalam masa transisi menuju kedewasaan.
Broken Home adalah kurangnya perhatian dari keluarga atau kurangnya kasih sayang dari orang tua sehingga membuat mental seorang anak menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. Broken home sangat berpengaruh besar pada mental seorang pelajar hal inilah yang mengakibatkan seorang pelajar tidak mempunyai minat untuk berprestasi. Broken home juga bisa merusak jiwa anak sehingga dalam sekolah mereka bersikap seenaknya saja, tidak disiplin di dalam kelas mereka selalu berbuat keonaran dan kerusuhan hal ini dilakukan karena mereka Cuma ingin cari simpati pada teman-teman mereka bahkan pada guru-guru mereka. Untuk menyikapi hal semacam ini kita perlu memberikan perhatian dan pengerahan yang lebih agar mereka sadar dan mau berprestasi.
B. Penyebab Broken Home
Pada umumnya penyebab utama broken home ini adalah kesibukkan kedua orang tua dalam mencari nafkah keluarga seperti hal ayah laki – laki bekerja dan ibu menjadi wanita karier. Hal inilah yang menjadi dasar seorang tidak memiliki keseimbangan dalam menjalankan aktifitas sehari hari dan malah sebaliknya akan merugikan anak itu sendiri, dikala pulang sekolah dirumah tidak ada orang yang bisa diajak berbagi dan berdiskusi, membuat anak mencari pelampiasan diluar rumah seperti bergaul dengan teman – teman nya yang secara tidak langsung memberikan efek / pengaruh bagi perkembangan mental anak. Maka dari itu mereka berusaha untuk mendapatkan perhatian dari orang lain. Tetapi sayang, sebagian dari mereka melakukan cara yang salah misalnya : mencari perhatian guru dengan bertindak brutal di dalam kelas, bertindak aneh agar mendapat perhatian orang lain, dll.
Penyebab timbulnya keluarga yang broken home antara lain:
· Orang tua yang bercerai
· Perang dingin dalam keluarga
· Hilang nya Komunikasi antara Anak dan Orang Tua
· Perang dingin dalam keluarga
PERMASALAHAN
A. Anak Broken Home
Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan dirinya, remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau keluarganya. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa fungsi keluarga adalah memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut. Sebab dalam masa yang kritis seseorang kehilangan pegangan yang memadai dan pedoman hidupnya. Masa kritis diwarnai oleh konflik-konflik internal, pemikiran kritis, perasaan mudah tersinggung, cita-cita dan kemauan yang tinggi tetapi sukar ia kerjakan sehingga ia frustasi dan sebaginya. masalah keluarga yang broken home bukan menjadi masalah baru tetapi merupakan masalah yang utama dari akar-akar kehidupan seorang anak.
B. Gangguan kejiwaan pada anak Broken Home
1. Broken Heart : si anak merasakan kepedihan dan kehancuran hati sehingga memandang hidup ini sia-sia dan mengecewakan. Kecenderungan ini membentuk si anak tersebut menjadi orang yang tidak punya kasih sayang.
2. Broken Relation : si anak merasa bahwa tidak ada orang yang perlu di hargai, tidak ada orang yang dapat dipercaya serta tidak ada orang yang dapat diteladani.
Ini dapat membentuk si anak menjadi orang yang masa bodoh terhadap orang lain, ugal ugalan, cari perhatian, kasar, egois, dan tidak mendengar nasihat orang lain, cenderung "semau gue".
3. Broken Values : si anak kehilangan "nilai kehidupan" yang benar. Baginya dalam hidup ini tidak ada yang baik, benar, atau merusak yang ada hanya yang "menyenangkan" dan yang "tidak menyenangkan", pokoknya apa saja yang menyenangkan saya lakukan, apa yang tidak menyenangkan tidak saya lakukan.
PENYELESAIAN MASALAH
A. Peran Orang Tua
1. Sikap atau cara yang bersifat Preventif
Yaitu tindakan orang tua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak dar perbuatan buruk atau dari pergaulan yang buruk. Dalam sikap yang sifatnya preventif, orang tua dapat memberikan atau mengadakan tindakan sebagai berikut:
a. Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak.
b. Memberikan pengawasan dan perlindungan terhadap anak oleh ibu.
c. Pencurahan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak.
d. Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga.
.
2. Sikap atau cara yang bersifat Represif
Yaitu orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan sosial yang bertujuan untuk memecahkan masalah kenakalan anak seperti menjadi anggota badan kesejahteraan keluarga dan anak, ikut serta dalam diskusi yang khusus mengenai masalah kesejahteraan anak-anak. Selain itu pihak orang tua terhadap anak yang bersangkutan dalam perkara kenakalan hendaknya mengambil sikap sebagai berikut :
a. Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam kenakalan.
b. Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah kenakalan yang menimpa anaknya.
c. Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu.
d. Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari.
B. Peran Anak
Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku "Are Both Parents Always Better than One? Parental Conflict and Young Adult Well-Being", mengatakan bahwa seorang anak yang terlahir dan besar dalam keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah.
Tidaklah semua yang terjadi itu merupakan hal buruk meskipun itu sesuatu yang berdampak negatif ke kita. Kita harus mencoba menerima keadaan dan berusaha tegar. Hal ini akan membantu kita mengatasi masalah tersebut:
· Berpikir Positif
· Jangan Terjebak dalam Situasi/ Kondisi
· Mencoba hal-hal yang baru
· Tidak Usah Panik
· Cari Tempat untuk menampung Curahan Hati
PENUTUP
A. Kesimpulan
Broken Home bukanlah keputusan akhir dari permasalan rumah tangga. Pergunakanlah situasi "konflik dalam rumah tangga" ini sebagai sarana dan media pembelajaran yang berguna menuju kedewasaan dan jangan sampai terulang.
Ingat, kita tidak sendiri dan bukanlah orang yang gagal. Kita masih bisa berbuat banyak serta melakukan hal positif. Kalau tidak ada konflik dalam hidup kita, kita tidak pernah belajar bahwa kesabaran dan kedewasaanlah yang telah menguatkan kita.
B. Saran
1. Perbanyaklah Berdoa kepada Tuhan YME, jangan sampai kita meninggalkanNya. Banyak minta sama Allah yang terbaik untuk keluarga kita sendiri.
2. Kalau ada masalah di sekolah ataupun di kehidupan luar, sempatkan cerita kepada kedua orang tua kita. Minta waktu walau hanya sebentar untuk bercerita dan bersama memecahkan masalahnya.
3. Harus Pintar dan Selektif dalam membagi waktu dan memilih antara Teman dan Keluarga. Terutama Orangtua.
4. Jangan menatap kebelakang. Berorientasilah ke masa depan.
5. Harus punya obsesi untuk meraih suatu prestasi sebaik-baiknya.
0 Response to " Broken Home "
Posting Komentar