konflik sepak bola

KONFLIK SEPAK BOLA

Para pecinta sepakbola di tanah air pasti sudah mengetahui atau bahkan muak dengan konflik yang ada di PSSI sekarang ini. Kedua pihak seakan ingin menang sendiri dan masing-masing merasa paling benar dan menyampingkan persatuan dalam sepakbola itu sendiri. Bisa dibilang sepakbola Indonesia sekarang ini sedang terpuruk, terpuruk bukan karena pemain kita payah dan kurang berbakat tetapi karena segelintir kelompok dan golongan yang masing-masing membela kepentinganya.

Munculnya dualisme Liga dan Timnas menambah terpuruknya dunia sepakbola kita. Dua kubu yang berseteru PSSI Djohar Arifin Husin yang dikatakan banyak orang dikendalikan oleh seorang pengusaha bernama Arifin Panigoro dan KPSI La Nyala yang dikatakan banyak orang sebagai orang dekat keluarga Bakrie terus membuat kusut sepakbola kita. Yang benar diantara keduanya? tidak ada yang benar, karena jika ada yang benar pasti ada satu pihak yang mengalah dan merelakan ego demi kepentingan dan kemajuan sepakbola kita.

Awal mula terjadinya benang kusut ini adalah ketika rezim Nurdin memimpin di kala itu masyarakat sepakbola di tanah air mayoritasnya menginginkan Nurdin halid mundur dari jabatan ketua PSSI, karena dinilai sudah tidak layak lagi karena sudah menjadi narapidana kasus korupsi. Dengan campur tangan FIFA dan AFC dibuatlah Komite Normalisasi untuk memilih ketua baru. Nampaknya dari sini masalah belum selesai pemegang suara mayoritas yang menamakan diri kelompok 78 ingin mengusung Arifin Panigoro dan George Toisuta sebagai calon ketua umum dan wakil ketua umum yang tidak direstui oleh FIFA karena tidak sesuai dengan statuta. Pada saat hari kongres pemilihan dilakukan, keributan terjadi karena kelompok 78 bersikukuh ingin mencalonkan kedua nama itu. Namun sudah jelas aturan tidak bisa diganggu gugat dan mereka tidak bisa mendaftarkan kedua nama itu (Arifin Panigoro dan George Toisuta). Kongres diskors. FIFA memberikan kesempatan terakhir hingga akhir Juni 2011 untuk memilih ketua umum baru. Pada Kongres luar biasa akhir Juni itu terpilihlah Djohar Arifin Husin sebagai ketua umum PSSI dan Farid Rahman sebagai wakilnya. Pada kongres itu pemilihan berjalan lancar dan tidak ada ribut-ribut seperti kongres sebelumnya.

Terpilihnya ketua umum baru tak membuat masalah ini selesai. beberapa hari setelah Djohar Arifin Husin resmi menjadi ketua umum PSSI, Pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl secara mengejutkan dipecat oleh PSSI dan digantikan oleh Wim Risjbergen dari Belanda untuk mengarungi kualifikasi Piala Dunia 2014. Timnas babak belur pada kualifikasi itu dan tak pernah menang sekalipun. walaupun pada babak awal mengalahkan Turkmenistan 4-3. Kompetisi yang sudah ada yaitu ISL diubah oleh Djohar menjadi Indonesia Premier League (IPL) dengan menambah jumlah peserta yang semula 18 menjadi 24 klub dengan memberikan tiket gratis kepada sejumlah klub untuk langsung promosi ke divisi tertinggi termasuk Persebaya Surabaya. Mereka bisa langsung berlaga di liga teratas Indonesia tanpa harus kerja keras dari bawah. Hal inilah yang membuat salah satu anggota Exco PSSI, La Nyalla geram dan membuat perlawanan namun IPL tetap 24 klub.  Hingga akhirnya sejumlah anggota PSSI yang dulunya mendukung Djohar menjadi balik menentang keputusannya. Mereka menarik diri dari IPL dan membentuk kembali ISL. terciptalah dualisme kompetisi yang dihias dengan dualisme klub. La Nyala cs kemudian membentuk Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia yang anggotanya diisi oleh mayoritas anggota PSSI. Terjadilah dualisme Organisasi. Pada saat AFF CUP 2012 sudah didepan mata terjadilah dualisme Timnas. Bukannya bersatu mereka malah tambah ribut dan terus adu mulut seolah merasa paling benar.

Dibentuknya komite gabungan oleh AFC dan membuahkan beberapa keputusan    tak membuat dualisme ini selesai. Sepertinya mereka sudah lupa bahwa sepakbola adalah milik bersama bukan milik Partai Politik seperti yang mereka lakukan. Mereka (yang sedang berkonflik) seakan menjadikan sepakbola untuk alat politik.

Tahun demi tahun kita menunggu kelanjutan kabar bahagia dari sepakbola Indonesia dan akhirnya kabar itu datang juga, bukan sekadar kabar burung belaka tapi fakta yang memperlihatkan itu semua. Tenggat waktu yang diberikan FIFA untuk PSSI untuk menggelar Kongres Luar Biasa yang ditujukan untuk mendamaikan kedua belah pihak yang berseteru yaitu PSSI dan KPSI dan juga untuk menyatukan dualisme kompetisi dan kelanjutan nasib Tim Nasional Indonesia yang penampilannya makin merosot diranking FIFA yaitu peringkat 170 (terburuk sepanjang masa) akhirnya digelar di Hotel Borobudur, Jakarta, pada tanggal 17 Maret 2013 dengan dihadiri oleh perwakilan FIFA, Menpora Roy Suryo, Ketua umum PSSI Djohar Arifin Husin, Ketua umum KPSI La Nyalla Matalitti, anggota Exco PSSI dan para peserta KLB lainnya. Jalannya Kongres Luar Biasa ini berjalan lancar sedari awalnya sampai akhirnya 6 anggota Exco PSSI yaitu Farid Rahman, Bob Hippy, Sihar Sitorus, Mawardi Nurdin, Widodo Santoso dan Tuty Dau memutuskan melakukan aksi Walk Out karena beranggapan ada penambahan agenda yang tidak sesuai dengan ketentuan sebelumnya. Setelah berjalan lama akhirnya terdapat hasil yang meggembirakan yaitu kepastian berdamai antara PSSI dan KPSI dengan ketentuan seperti pembubaran KPSI yang dikomandoi langsung oleh ketua umumnya yaitu La Nyalla Matalitti, ditunjuknya La Nyalla Matalitti menjadi wakil ketua umum PSSI mendampingi Djohar Arifin Husin, penyatuan kompetisi ISL dan IPL menjadi kesatuan kompetisi yaitu ISL mulai tahun 2014-2015 dengan ketentuan 18 tim dari ISL dan 4 tim dari IPL, dan pemecatan pelatih Tim Nasional Indonesia, Nil Maizar dan digantikan oleh Luis Manuel Blanco.

Kisruh PSSI yang seakan tidak ada habisnya akhirnya menemui titik terang walaupun masih banyak tugas lain untuk PSSI kedepannya tapi setidaknya untuk saat ini tidak akan sesulit persoalan seperi dualisme kemarin dan PSSI tidak jadi terkena sanksi dari FIFA karena menurut perwakilan dri FIFA, KLB sudah berjalan dengan seharusnya tetapi PSSI harus membuat kongres susulan untuk membahas anggota Exco yang mangkir, penjelasan kepada public tentang perdamaian PSSI dan KPSI dan persoalan lainnya

Kami sebagai rakyat Indonesia yang mencintai sepakbola Indonesia tentu sangat senang dengan kesadaran pihak pihak yang berseteru yang bisa menemukan titik temu dengan tidak memenuhi ego masing masing demi kemajuan sepakbola Indonesia, semoga sepakbola Indonesia kita bisa menjadi lebih baik kedepannya. JAYALAH SEPAKBOLA INDONESIA!!!

0 Response to " konflik sepak bola "

Posting Komentar

wdcfawqafwef